BILAL MAYIT
Memandikan jenazah merupakan profesi yang tidak mudah selain
harus ikhlas juga memiliki mental yang kuat, karena mereka tidak tahu dengan
kondisi mayat yang dihadapi.
Untuk memandikan jenazah hingga benar-benar bersih perlu
waktu agak lama, mulai dari ujung rambut sampai ujung kuku bisa memakan waktu
satu hingga satu setengah jam, terpenting pula jenazah yang dimandikan harus
berjenis kelamin sama.
Pengakuan dari para pemandi jenazah, biasanya sebelum
mendapat tugas memandikan jenazah mereka sering mendapatkan firasat, misalnya
bermimpi pada malam hari, didatangi jenazah yang bersangkutan dan Di pagi
harinya, yang bersangkutan meninggal dunia.
****
Cerita Maksun.
Melakoni profesi sebagai penjaga instalasi pemulasaran
jenazah selama 5 tahun, menyisakan banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan
oleh Maksun.
Baginya melihat dan memegang mayat sudah menjadi hal biasa,
meskipun bagi orang umum kamar mayat selalu identik dengan hal-hal yang
menakutkan. Pemikiran pasti tertuju ke sebuah tempat di sudut paling ujung
sebuah rumah sakit, di mana ruangan itu biasanya sempit dan menyeramkan.
Cerita yang selalu melekat di benaknya bermula, ketika Maksun
dan kedua temannya harus mengurus
surat-surat di ruang penyimpanan jasad sebuah rumah sakit. Jenazah dari lelaki
muda tersebut memang sudah beberapa hari diletakkan di sana dan tidak ada satu
orang pun yang mengambilnya. Keluarga pemilik mayat tersebut ternyata memang sudah
menyatakan, jika mereka tidak bersedia mengurus jenazahnya. Entah alasan apa
yang membuat pernyataan semacam itu keluar.
Sebagai seseorang yang berprofesi pengurus jenazah, Maksun
pun harus menjalankan kewajibannya. Dia terlebih dahulu mengisi beberapa dokumen
sebelum mengambil jasad tersebut.
Meski telah terbiasa berurusan dengan jenazah, namun entah
mengapa, saat itu Maksun merasakan hal yang berbeda. Maksun merasa sedikit
gugup sehingga dia pun tidak henti berdoa.
Dan benar saja, ketika menarik laci mayat tempat jenazah
disimpan, Maksun mendapati situasi yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Kondisi wajah lelaki muda Itu tampak menyeramkan, dengan
wajah berkerut dan lidah menjulur seakan menahan kesakitan yang teramat sangat.
Terdapat juga bekas lebah akibat jerat di lehernya.
Hal lain yang membuatnya ngeri di kala mayat itu seakan-akan menatapnya
dengan tajam.
Keanehan kembali terjadi, ketika Maksun dan kedua temannya
hendak mengangkat jenazah ke atas kereta jasad.
Masing-masing dari mereka memegang anggota tubuh jenazah,
tapi sama sekali tidak terangkat. Sosok tubuhnya terasa sangat berat, meski badannya
tidaklah gemuk. Berat jenazah tersebut terasa tidak normal sehingga Maksun dan
rekannya harus merasakan sakit di sekujur tubuh demi bisa mengangkat ke atas
kereta.
Lantas semua mengheningkan cipta sambil berdoa kemudian
diakhiri membaca Al-fatihah. Setelah itu jasad pun mampu terangkat meski masih
terasa berat.
Keanehan ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Tuhan tampaknya
benar-benar ingin menunjukkan kuasanya. Saat menyucikan jenazah, najis yang keluar
dari dubur teramat banyak dan teman-teman
Maksun berusaha terus mengurut perut jenazah tersebut agar
sisa kotoran dalam tubuhnya bisa dikeluarkan, namun kotoran tersebut tampaknya
tidak bisa habis. Setiap jenazah digerakkan setiap kali pula najisnya kembali
keluar, hingga akhirnya Maksun terpaksa menyumbat dengan kapas sebanyak mungkin
agar proses mengurus jenazah bisa berlanjut.
Setelah itu, berlangsung proses mengafani, namun perasaan
lega hanya sebentar saja hadir. Sekali lagi Maksun diuji ketika mendadak darah
mengalir dari mulut dan hidung jasad.
Sebenarnya situasi seperti ini lumrah ditemui ketika mengurus
jenazah yang mengalami pendarahan dari dalam, namun kali ini sangat berbeda,
darah tersebut sangat banyak dan sangat kental.
Dengan sabar Maksun menunggu dan terus mengusap darah tersebut.
Setiap kali terlihat akan berhenti tanpa membawa waktu dia menyucikan darah tersebut
dengan kapas, namun lagi-lagi darah kental kembali keluar.
Sambil menunggu, Maksun terus berdoa dalam hati, hingga
setelah sekian menit hal itu pun berakhir dengan sendirinya, proses akhir
jenazah selesai disalatkan dan siap dikebumikan di tanah pekuburan.
****
Keadaan mencekam berlanjut di malam berikutnya, di mana Maksun
menemui hal-hal mistis yang tidak biasa.
Di saat tengah malam, Maksun terbangun dari tidur karena dikejutkan
suara tangisan seorang lelaki.
Saat menengok keluar jendela, lelaki muda itulah yang
terlihat di seberang jalan. Mukanya pucat pasi, menangis tersedu penuh
penyesalan.
Maksun tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa pasrah
dan berdoa semoga tidak terjadi hal buruk atas dirinya.
Setelah beberapa saat doanya pun terkabul, sosok tersebut
lenyap dengan sendiri, namun bukan malam itu saja Maksun dihantui, dia diteror
hingga 11 malam berturut-turut.
Meskipun begitu, Maksun tidak mencoba mencegah dan meminta
bantuan orang lain ataupun orang pintar. Dia berpendapat, bahwa Tuhanlah
tempatnya berserah, dan pada akhirnya, sosok lelaki muda itu tidak pernah lagi
muncul penampakan diri.
****
Setelah ditelisik, lelaki tersebut diketahui meninggal dengan
cara menggantung diri di kipas yang berada di atap kamarnya.
Dia merasa patah hati karena sang kekasih pergi
meninggalkannya dan malah lebih memilih untuk menikah dengan orang lain, padahal
usia lelaki tersebut masih terbilang sangat muda yakni 20 tahun.
Maksun menceritakan pengalaman ini dengan tujuan agar
orang-orang mampu mengambil hikmah bahwa bunuh diri sungguh sesuatu yang sangat
dibenci oleh Tuhan.
Cerita ini tentu menjadi pelajaran jika bunuh diri hanya
pikiran bodoh dan bukanlah jalan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
****
Mbok Sumirah
Kisah mistis saat memandikan jenazah juga dialami oleh Mbok
Sumirah, seorang pemandi jenazah di salah satu kampung di bawah kaki Gunung
Salak.
Mbok Sumirah ini sudah lama berprofesi sebagai pemandi
jenazah di kampungnya.
Suatu hari Mbok Sumirah menerima kabar duka, bahwa ada
seorang perempuan janda beranak satu, tetangga desanya yang meninggal dunia.
Dulu sebelum meninggal dunia diketahui, kalau perempuan ini
bekerja di ibukota untuk menghidupi anak semata wayangnya, namun secara
tiba-tiba dia pulang dalam keadaan sakit.
Saat pulang perempuan ini sudah dalam kondisi memprihatinkan.
Dia tidak mau makan matanya sayu,
kulitnya berwarna kuning agak bersinar, dan perutnya membesar. diagnosis dokter
menyebutkan kalau dia menerima penyakit lever akut.
Setelah beberapa bulan bertahan dari penyakit yang mendera
perempuan yang masih berusia 30 tahunan itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Setelah mendengar kabar tersebut Mbok Sumirah pun bersiap
untuk mengurus dan memandikan jenazah dengan dibantu oleh keponakannya.
Sesampai di rumah duka, Mbok Sumirah dan keponakannya yang
juga dibantu oleh ibunya almarhumah memulai proses memandikan jenazah.
Pada saat akan memandikan jenazah, tepatnya ketika mulai
dengan membasuh mukanya, tiba-tiba telinga Mbok Sumirah terasa berdengung
sampai-sampai tidak bisa mendengar suara apa pun. Suasana berubah menjadi sunyi,
padahal di sekeliling masih rame pelayat.
Saat menoleh pada jenazah, betapa terkejutnya Mbok Sumirah,
karena jenazah perempuan itu tiba-tiba sudah terduduk di hadapannya, terlihat
menatap lurus ke depan dengan raut wajah kaku dan tatapannya kosong.
Mbok Sumirah terdiam beberapa saat. Dia kebingungan dan terkejut
dengan kejadian yang sedang dialami.
Pada akhirnya, Mbok Sumirah mencoba berkomunikasi dengan
jenazah. Dia melontarkan pertanyaan tentang apa yang diinginkan oleh jasad
perempuan itu sehingga kembali bangkit dari kematian?
Kemudian jasad tersebut menjawab dengan suara yang lirih
bernada datar dan pelan. Dengan jelas Mbok Sumirah menangkap kalau dia ingin
agar jasadnya disempurnakan.
Usai jawaban terlontar, Mbok Sumirah merasa pundaknya ada
yang menepuk, dan Mbok Sumirah pun seperti tersadar dari lamunan. Dia kembali
merasakan suasana sudah kembali ramai, tidak hening lagi, sedangkan jasad
perempuan tersebut sudah terlentang kembali.
Seperti mendapat bisikan, lantas Mbok Sumirah meminta pada keponakannya
agar dicarikan daun kelor. Tanpa membantah, sang keponakan langsung beranjak
mencari apa yang dipinta.
Setelah daun kelor itu didapatkan, Mbok Sumirah langsung
mengusapkannya ke seluruh jasad sambil membaca doa-doa. Seketika itu Mbok
Sumirah merasakan sebuah tarikan kuat dan hawa panas di telapak tangannya.
Kejadian tersebut
membuat Mbok Sumirah teringat ketika dia diamanahi bubuk oleh mendiang ibunya. Bubuk
yang berisikan serbuk daun bidara itu selalu dibawa setiap kali memandikan jenazah,
namun belum pernah dipakai sekalipun selama ini.
Segera Mbok Sumirah mengambilnya, kemudian ditaburkan satu jumput
pada air di dalam ember. Setelah diaduk sambil mengucap doa, Mbok Sumirah menyiramkan
air tersebut ke seluruh badan jenazah.
Hawa panas semakin mencuat, dan secara tiba-tiba banyak
kilatan sinar keemasan keluar dari jasad perempuan itu.
Perlahan sinar-sinar tersebut berubah menjadi sosok makhluk
perempuan berbaju putih dan berambut panjang.
Sosok tersebut Lalu terbang mengitari Mbok Sumirah, disusul
terdengar suara tawa bercampur tangis dan teriakan yang memekak telinga, bahkan salah satu dari sosok tersebut
mencoba mencekik Mbok Sumirah. Sontak saja dia ketakutan dan tiada henti
mengucap doa.
Mungkin berkat doa tersebut, secara perlahan hawa panas pun
mulai mereda, dibarengi dengan bunyi beberapa benda kecil berjatuhan ke lantai.
Setelah diamati ternyata benda yang bertaburan itu adalah
berupa butiran emas.
Sambil terus berdoa, Mbok Sumirah memungut semua butiran emas
tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam satu kantong kain.
Setelah suasana benar-benar tenang, Mbok Sumirah meminta keponakannya untuk membuang benda
tersebut ke pertemuan 9 arus sungai.
Akhirnya prosesi memandikan jenazah dan mengurus jenazah pun
selesai dan jasad dapat disalatkan lalu dikuburkan dengan layak.
Sampai saat ini, Mbok
Sumirah masih merahasiakan kejadian tersebut pada keluarga yang bersangkutan.
Dia memegang prinsip tidak akan membuka aib sekecil apa pun pada jenazah yang
diurusnya.
****
Menurut Mbok Sumirah, kejadian yang akan selalu diingatnya
itu bersumber dari benda bertuah berupa susuk.
Perempuan yang diketahui bekerja sebagai pemandu karaoke di
ibukota itu telah memasang susuk di beberapa bagian anggota tubuhnya, beruntung
Mbok Sumirah memiliki bekal dalam urusan ilmu gaib dari almarhum ibunya yang
juga berprofesi sebagai pemanis jenazah semasa hidup, sehingga dia mampu mencabut
serta membuang semua susuk yang membuat arwah perempuan tersebut beristirahat
dengan tenang.
No comments:
Post a Comment